|
1. Pengertian Luhak
Dalam bahasa daerah Minangkabau kata luhak diucapkan dengan “luak”.
Artinya yang terkandung dari padanya adalah negeri, daerah,
sumur, susut, berkurang. Dari tambo Alam Minangkabau sejarah
lahirnya luhak dihubungkan dengan pengertian kurang. Seperti
dikemukakan Luhak Tanah Datar berarti kurang tanah yang
datar. Juga ada pendapat karena Tanah Datar sebagai luhak
yang tertua, maka adat dan penduduknya berpindah dari sini. Dengan
demikian berkurang jugalah Luhak Tanah Datar ini.
Luhak
Agam menurut ceritanya : orang-orang agam berasal dari keturunan
Harimau Campo, mereka mempunyai watak pemberani, jantan dan
pamuncak. Agam itu artinya pemberani, jantan dan pamuncak.
Setelah orang-orang Harimau Campo pindah dari Pariangan
Padang Panjang kesebelah barat gunung merapi (melalui
batipuah) maka “luak”lah orang-orang pemberani yang akan
mengamankan Nagari Pariangan Padang Panjang. Oleh karena itu
tersebutlah di Pariangan Padang Panjang “Luhak Orang Agam”
(kurang orang pemberani) dalam nagari Pariangan Padang Panjang,
karena mereka telah pindah ke tempat yang baru. Tidak ada
hubungan dengan “luak agama” karena pada masa itu orang Minangkabau belum islam.
Luhak
Lima Puluh Kota penduduknya berasal dari Pariangan Padang Panjang.
Mereka berangkat untuk mencari tempat pemukiman baru sebanyak
lima puluh orang. Disebuah padang dekat piladang sekarang
hari sudah malam. Keesokkan harinya jumlah rombongan itu
tidak ditemui lima orang. Setelah saling bertanya semuanya
mengatakan “antah” dan tempat tersebut sampai sekarang
bernama padang siantah. Keturunan yang berjumlah 45 orang ini
merupakan asal penduduk luhak lima puluh kota, dengan pengertian
sudah kurang dari lima puluh.
Dalam
pengertian sehari-hari di daerah Minangkabau kata “luak”
juga berarti sumur. Pergi ke luak berarti pergi mengambil air atau pergi
mandi. Luak dengan pengertian sumur ini juga ada kaitannya
dengan kurang, sebab sumur tersebut berada pada tanah yang
kerendahan, bisa kemudian digenangi air yang sewaktu-waktu
airnya bisa berkurang (luak).
2. Luhak Tanah Datar
daerah yang termasuk Luhak Tanah Datar terdiri atas empat bahagian yaitu : Lima Kaum XII Koto, Sungai Tarab Salapan Batu, Batipuah X Koto dan Lintau Buo IX Koto. Lima Kaum XII KotoNgungun, Panti, Cubadak, Supanjang, Pabalutan, Sawah Jauah, Rambatan, Padang Magek, Labuah, Parambahan, Tabek dan Sawah Tangah. Lima Kaum XII Koto dengan sembilan koto di dalam terdiri dari Tabek Boto, Salaganda, Baringin, Koto Baranjak, Lantai Batu, Bukik Gombak, Sungai Ameh, Ambacang Baririk dan Rajo Dani. terdiri dari :
Sungai Tarab Salapan Batu daerahnya, Koto
Tuo, Pasia Laweh, Sumaniak jo Koto Panjang, Supayang jo
Situmbuak, Gurun Ampalu, Sijangek, Koto Bandampiang, Ujuang
Labuah, Kampuang Sungayang VII Koto Disinan Andaleh, Baruah
Bukik, Sungai Patai, Sungaiyang, Sawah Laiek dan Koto Ranah.
Daerah Batipuah X Koto daerahnya adalah : Pariangan, Padang Panjang, Jaho, Tambangan, Koto Laweh, Pandai Sikek, Sumpu, Malalo, Gunuang, Paninjauan. Lintau Buo IX Koto merupakan perkembangan dari Tanjung Sungayang dan Andaleh Baruah Bukik yang terdiri dari Batu Bulek, Balai Tangah, Tanjung Bonai, Tapi Selo, Lubuak Jantan. Nagari-nagari ini disebut juga Limo Koto Nan Diateh. Kemudian ditambah dengan Empat Koto di Bawah yaitu; Buo, Pangian, Taluak dan Tigo Jangko. Perpindahan penduduk ke daerah selatan, muncul 13 nagari yang disebut dengan Kubuang XIII. Nagari-nagari yang termasuk Kubang XIII adalah : Solok
Salayo, Koto Hilalang, Cupak, Talang, Guguak, Saok Laweh,
Gantuang Ciri, Koto Gadang, Koto Anau, Muaro Paneh, Kinali, Koto Gaek
dan Tanjuang Balingkuang. Dari arah Kubuang XIII berkembang terus menjadi Alahan Panjang, Pantai Cermin, Alam Surambi Sungai Pagu.
Dari daerah Batipuah X Koto, dari Jaho dan Tambangan terjadi perpindahan ke Anduriang Kayu Tanam, Guguak Kapalo Hilalang, Sicincin, Toboh Pakandangan yang dinamakan Ujung Darek Kapalo Rantau 2 X 11 Enam Lingkuang. Dari daerah ini berkembang menjadi VII Koto Sungai Sariak yang terdiri dari Tandikek, Batu Kalang, Koto Dalam, Koto Baru, Sungai Sariak, Sungai Durian, Ampalu.
Perpindahan dari Lintau Buo, Tanjuang Barulak berlajut kearah timur sampai ke Sijunjung
Koto Tujuah, Koto Sambilan Nan Dihilia, Koto Sambilan Nan Di
Mudiak, Kolok, Sijantang, Talawi, Padang Gantiang, Kubang, Padang Sibusuak, Muaro
Bodi, Palangki, Batu Manjulua, Mundan Sakti, Koto Baru, Pamuatan, Tanjung Ampalu, Palaluar, Tanjuang
Guguak, Padang Laweh, Muaro Sijunjuang, Timbulun, Tanjuang, Gadang,
Tanjuang Lolo, Sungai Lansek. Adapun yang menjadi daerah inti dari Luhak Tanah Datar adalah kabupaten Tanah Datar sekarang.
3. Luhak Agam
Luhak Agam merupakan luhak yang kedua sesudah Luhak Tanah Datar. Luhak Agam berasal dari Pariangan Padang Panjang
dan kedatangan penduduk ke Luhak Agam pada mulanya empat
kaum atau empat rombongan yang berlangsung empat periode dan
tiap periode empat-empat. Periode pertama keempat rombongan
ini mendirikan empat buah nagari yaitu Biaro, Balai Gurah, Lambah dan Panapuang. Periode kedua mendirikan Nagari Canduang, Koto Laweh, Kurai dan Banahampu. Periode ketiga lahir Nagari Sianok, Koto Gadang, Guguak dan Tabek Sarojo. Periode keempat mendirikan Nagari Sariak, Sungai Puar, Batagak dan Batu Palano.
Dengan
demikian Luhak Agam terdiri enam belas koto pada mulanya dan
kemudian berkembangan nagari-nagari lainnya seperti Kapau, Gadut,
Salo, Koto Baru, Magek, Tilatang Kamang, Tabek Panjang,
Pincuran Puti, Koto Tinggi, Simarasok dan Padang Tarab. Dari gugusan Sianok Koto Gadang berkembang sampai ke Matur, Kampung Panta, Lawang Togo Balai, sampai ke Ranah Palembayan. Perkembangan ini bertemu dengan yang datang dari Kamang dan Tujuh Lurah Koto Rantang. Perpindahan selanjutnya telah melahirkan Nagari Kumpulan, Ganggo, Kinali, Sundata, Lubuak Basuang, Batu Kambing, Katiagan, Sasak dan Tiku. Dari Matur perkembangan selanjutnya ke Maninjau, Muko-Muko, XII Koto Sungai Garinggiang, Gasan, Tiku, Lauik Nan Sadidih, melalui Malalak, Sigiran, Cimpagok, Ulu Banda dan seterusnya menjadi Limo Koto Kampuang Dalam, Piaman Sabatang Panjang dan III Koto Malai. Dari Malalak berkembang juga ke Sungai Batang, Sigiran, Tanjuang Sani melalui Batu Anjuang.
Perpindahan dan perkembangan dari Tiku Pariaman akhirnya bertemu dengan perpindahan dari Jaho, Tambangan dan Bungo Tanjuang dari Luhak Tanah Datar dan melahirkan Padang VIII Suku. Padang VIII Suku ini terdiri dari Pasia,
Ulak Karang, Ranah Binuang, Palinggam, Subarang Gantiang,
Parak Gadang, Aia Cama, Alang Laweh, Balai Tampuruang.
Dari daerah Kubuang XIII bertemu dengan perpindahan dari Tiku Pariaman dan Padang VIII Koto akhirnya melahirkan nagari Lubuak Kilangan, Tarantang, Baringin, Bandar Buek, Limau Manis Nan XX. Nagari yang termasuk Nan XX adalah Lubuak
Bagaluang jo Ujuan Tanah, Tanjuang Saba, Pitameh, Banuaran,
Koto Baru, Pampangan, Pasia Gauang, Sungai Barameh, Taluak
Nibuang, Piai, Tanah Sirah, Batu Kasek, Parak Patamburan,
Gurun Laweh, Tanjuang Aua, Batuang Taba, Kampuang Jua,
Cangkeh, Kampuang Baru. Perpindahan dari Singkarak, Saniang Baka dengan melintasi bukik barisan telah melahirkan nagari Pauh Lima dan Pauh Sembilan, Kandih dan Nanggalo.
Dapat
diambil kesimpulan bahwa Kota Padang sekarang merupakan pertemuan
dari penduduk yang berasal dari Luhak Tanah Datar, Luhak Agam dan
Kubuang XIII. Secara historis tepat sekali kota padang
ibukota propinsi Sumatera Barat, bila dikaitkan wilayah adat
Minangkabau, karena sebagian besar wilayah adat berkaitan
dengan bandar Padang tersebut.
4. Luhak Lima Puluh Koto
Luhak
Limo Puluah Koto disebut Luhak Nan Bonsu. Wilayah yang termasuk
Lima Puluh Kota terdiri empat bagian. Keempat wilayah tersebut
adalah:
a. Sandi
Daerahnya
dari Bukit Sikabau Hilir sampai Muaro Mudiak, Nasi Randam
hingga Padang Samuik ketepi yang meliputi Nagari Koto Nan Gadang dan
Koto Nan Empat sekarang ini.
b. Luhak
Luhak
daerahnya dari Mungo Mudiak hingga Limbukan Hilia, Mungo, Koto
Kaciak, Andaleh, Tanjuang Kubu, Banda Tunggang, Sungai Kamuyang, Aua
Kuniang, Tanjuan Patai, Gadih Angik, Limbukan, Padang
Karambia, Limau Kapeh, Aia Tabik Nan Limo Suku.
c. Lareh
Yang
menjadi wilayah lareh sejak dari Bukik Cubadak sampai mudiak hingga
Padang Balimbiang Hilir. Pusatnya di Sitanang Muara Lakin.
Perkembangan dan perpindahan penduduk selanjutnya lahir
nagari-nagari Ampalu, Halaban, Labuah Gunuang, Tanjuang
Baringin, Kurun, Labuak Batingkok, Tarantang, Sari Lamak,
Solok, Padang Laweh.
d. Hulu
Yang
termasuk wilayah hulu dalam Luhak Lima Puluh Kota adalah yang
“Berjenjang Ke Ladang Laweh Berpintu Ke Sungai Patai, Selilit
Gunuang Sago, Hinggo Labuah Gunuang Mudik Hinggo Babai Koto Tinggi”.
Dari
Luhak Lima Puluh Kota perkembangan selanjutnya ke Muaro Sungai
Lolo, Tapus Rao Mapattunggal, Kubu Nan Duo, Sinuruik, Talu Cubadak,
Simpang Tonang, Paraman, Ampalu, Aua Kuniang, Parik Batu,
Sasak, Sungai Aua, Air Balam, Sikilang Aia Bangih.
Dari Niniak Nan Balimo (nenek yang berlima) yang meninggalkan
rombongan telah membuat tempat kediaman baru yaitu Kuok,
Bangkinang, Salo, Rumbio, Aia Tirih. Sebagai daerah Luhak
Lima Puluh Kota adalah Kabupaten Lima Puluh Kota sekarang.
5. Kepribadian Masyarakatnya
Kepribadian
masing-masing luhak juga diungkapkan dalam bambo, dengan
perumpamaan, yaitu Luhak Agam dikatakan buminya-panas, airnya keruh,
ikannya liar. Perumpamaan ini ditafsirkan bahwa penduduknya keras
hati, berani dan suka berkelahi. Luhak Tanah Datar dikatakan
buminya lambang, airnya tawar, ikannya banyak, dengan
penafsiran masyarkatnya ramah, suka damai dan sabar.
Sedangkan Luhak Lima Puluh Kota dikatakan buminya sejuk,
airnya jernih dan ikannya jinak yang artinya bahwa masyarakatnya
mempunyai kepribadian berhati lembut, tenang dan suka damai.
Prof.
Hamka mengatakan, sifat ketiga luhak ini surang cadiak, surang
pandeka, surang juaro tangah balai. “pendekar luhak tanah datar,
juara tengah balai Luhak Agam dan cerdik luhak lima puluh kota.
Disamping
perbedaan kepribadiannya juga warna tiap-tiap luhak saling
berbeda yang mungkin ada kaitannya dengan kepribadiannya tadi. Warna
kuning untuk Luhak Tanah Datar, warna merah untuk Luhak Agam dan
biru untuk Luhak Lima Puluh Kota. Sedangkan tiap luhak
mempunyai perlambang yang diambil dari hewan. Luhak Tanah
Datar hewannya kucing. Sifat kucing yang jinak dan penyabar
tetapi bila habis kesabarannya baru dia memperlihatkan
kukunya. Luhak Agam lambang hewannya harimau. Harimau sebagai perlambang
sikap berani dan pantang menyerah. Luhak Lima Puluh Kota
lambang hewannya kambing. Kambing walaupun jinak tapi tidak
bisa ditarik begitu saja, dia mempunyai kepribadian yang
kokoh dan tidak mau cepat terpengaruh.
Perumpamaan-perumpamaan diatas dikaitkan dengan sifat kepribadian
masing-masing luhak. THE END
|
Komentar